Magenta Solusindo

-let's enjoy open discussion-

Sunday, March 19, 2006

Leapfrog, another fairy tale to success

Pertanyaan I
Business model yang Leapfrog terapkan pertama kali adalah toy company. Model ini tercipta berdasarkan inspirasi yang didapatkan saat Mike Wood sedang bermain dengan anaknya, dan ingin membantu anaknya dalam mengenal bahwa huruf itu memiliki nama dan suara. Dari sinilah Mike Wood menginventasikan uangnya untuk mewujudkan idenya yang berorientasi pada mainan yang mendidik, dan produk yang pertama dia luncurkan adalah The Phonics Desk yang terintegrasi dengan teknologi dengan berdasarkan pada research learning model untuk phonics instruction.

Business model yang leapfrog terapkan sukses besar, hal ini dikarenakan ada perencanaan dan research yang matang. Selain itu Leapfrog juga menyiapkan jaringan untuk memasarkan produknya. Leapfrog berdiri tahun 1995, setelah melalui proses riset yang panjang dari tahun 1990. Wood melakukan konsultasi dan kerjasama dengan para pakar di bidang pendidikan untuk produk pertamanya yaitu The Phonics Desk. Wood juga melakukan assess terhadap produk sebelum dijual dengan pola sebagai berikut :


Salah satu prinsip mereka adalah “we have to build things that are exiciting enough to engage kids and get them focuse and learning”. Dari prinsip tersebut Leapfrog mengembangkan business modelnya di bidang pendikan di mana publik US sangat concern terhadap edukasi. Leapfrog kemudian terus bertransformasi dengan tetap mempertahankan visi mereka yang dianggap sebagai competitive advantage demi menjaga supaya bisnis sustainable.

Pertanyaan II
Fenomena yang dibuat oleh Leapfrog memang cukup menarik. Dengan sebuah konsep yang orisinil, yang menurut Prof. Kim dalam bukunya Blue Ocean Strategy, Mike Wood alih – alih bersaing dalam samudra merah yang penuh dengan persaingan berdarah – darah. Secara realistis lebih memilih untuk memasuki pasar dunia mainan dari segmen yang sama sekali berbeda. Sehingga pada masa – masa awal, yaitu kurun waktu 1995 – 2003, persaingan di dunia industri mainan khususnya produk edukasi menjadi tidak relevan. Model pendekatan di mana berdasarkan pasar yang ada dikembangkan lagi menjadi suatu produk baru(expand), dengan packaging dan target pasar yang spesifik, disebut lebih lanjut oleh Prof. Kim sebagai strategi samudra biru.

Dari strategi itulah Leapfrog bisa menembus dominasi para pemain lama, yang terutama dikuasai oleh Mattel, Hasbro dan sukses menguasai pasar di posisi ketiga. Meski sebenarnya tidak bisa begitu saja dibandingkan secara apple to apple, karena Mattel dan Hasbro memproduksi mainan secara lebih general, sedangkan Leapfrog mendefinisikan dirinya spesifik sebagai technology-based learning products. Dari diferensiasi strategi itulah, Leapfrog sukses membukukan produknya sebagai Toy of the Year versi TIA (Toy Industry Association) secara berturut – turut dari tahun 2000 – 2005. Hal ini masih diperkuat dengan data dari banyak lembaga market research yang mengukuhkan Leapfrog sebagai Brand Leader dari Educational Toy Market.

Namun demikian dunia bisnis bukanlah lingkungan yang ramah. Kesuksesan Leapfrog dalam membukukan total Net Sales senilai US$ 680 M di tahun 2003, membuka mata para pemain yang lain terhadap pasar yang menggiurkan tersebut. Tak kurang Mattel akhirnya membuat sebuah produk sejenis yaitu Fisher-Price PowerTouch, dan Vtech dari Hongkong dengan produknya V-Smile gadget, berhasil merebut ‘kue’ yang sebelumnya dinikmati oleh Leapfrog sendiri.

Leapfrog Annual Report (www.leapfroginvestor.com)



Dari annual report tersebut, akhirnya Leapfrog terkena badai juga. Tahun 2004, selain dihadapkan pada kondisi bahwa market tidak seindah tahun sebelumnya, penurunan sales juga memicu turunnya nilai saham Leapfrog (LF) dan semakin membuat rapor Leapfrog merah pada tahun tersebut. Hal ini kontras dengan kenyataan bahwa pada tahun 2002, Leapfrog mencatat sejarah sebagai IPO tersuskes.

Sebenarnya apa yang terjadi pada tahun 2004. Tom Kalinske 15 Februari 2005 di SF Business Times, menyatakan bahwa Leapfrog pada tahun 2004 menghabiskan operasional cost lebih banyak dari yang seharusnya. Tom juga menyebutkan bahwa Retailer tidak memesan sebanyak yang diharapkan. Kemudian CEO yang baru Jerry Perez, pada artikel di BusinessWeek ”Can LeapFrog Jump Back to the Black?” tanggal tanggal 23 Agustus 2005, menambahkan bahwa memasuki Quarter ketiga tahun 2005 Leapfrog berhasil melakukan delivery terhadap pemesanan customer sebanyak 90% secara on time dibandingkan dengan jumlah 64% di tahun 2004.

Pada tahun tersebut penjualan Leapfrog secara sistem terganggu oleh kegiatan implementasi sistem inventory, dan manajemen distribusi. Dengan kebutuhan dari customer seperti Wal-Mart, Target, dan juga Amazon.com yang besar, Leapfrog tidak bisa mengantisipasi demand dengan supply yang baik. Kondisi inilah yang akhirnya disadari oleh Leapfrog bahwa mereka tidak mengantisipasi perkembangan tersebut dengan implementasi sistem informasi dan teknologi informasi terkait dengan inventory dan distribusinya. Sehingga pada awal tahun 2005, mereka merekrut CFO, CIO dan Supply Chain Manager untuk memperbaiki itu semua.

Namun demikian berkat strong brand identity, dan predikat sebagai first innovator, Leapfrog tidak terlempar keluar dari kompetisi. Setelah implementasi sistem TI yang lebih baik, akhirnya pada tahun 2005 Leapfrog berhasil membukukan Net Income yang positif dan siap berkompetisi kembali.

Pertanyaan III
Adanya educational principles sebagai value brand dari produk yang sangat mendukung public interest. Keunggulan inilah yang membuat LeapFrog sustainable dalam berkompetisi. Improvement terbuka lebar dengan inovasi produk ke arah teknologi yang menawarkan kemudahan, kenyamanan dan interaktif dalam belajar sekaligus bermain.

Adanya 2 sektor bisnis yang kuat, yaitu sebagai toy company dan educational company sehingga dapat meraih target market yang lebih besar. Implikasi dari potensi market yang besar dan terprediksi dengan baik, maka semakin tinggi tingkat penjualan dan margin sehingga sustainable dalam pemasarannya. Improvement perlu dilakukan dalam mengelola masing-masing sektor secara khusus dengan pemilihan resource yang tepat dan secara umum melakukan virtual integration yang loosely-coupled dengan perusahaan-perusahaan manufacturing dan retailer.

Adanya brand image yang kuat pada produknya sehingga secara otomatis mengikat target market. Keunggulan brand sebagai first mover ini menjadi alasan kuat bagi Leapfrog tersebut untuk berkompetisi. LeapFrog berhasil memberikan solusi terbaik bagi anak-anak agar sesuai dengan keinginan orang tua sebagai sasaran. Dengan menjadikan setiap inovasi sebagai intellectual property akan semakin meningkatkan sustainability.

Adanya diversifikasi produk dalam membangun opportunities yang berkembang berdasarkan behaviour dari target market. Adanya competitor membuat Leapfrog perlu untuk mengevaluasi produknya agar dapat memberikan greater value pada produknya melebihi apa yang ditawarkan oleh competitor. LeapFrog selalu melihat dan belajar dari pola market, sehingga lebih sustain dalam mengembangkan produknya. Improvement dapat terlihat setelah Leapfrog tersebut memiliki positioning strategy pada consumer behaviour (cultural, social, personal dan psychological).

Pertanyaan IV
Perkembangan Leapfrog melalui beberapa tahapan. Bila dilihat dengan seksama, tahapan perkembangan itu bisa dibagi menjadi empat, yaitu :
1. Stage 1  Leap to Exists (1990 – 1997)
2. Stage 2  Leap to Success (mid 1997 – 2001)
3. Stage 3  Leap to Lead (2001 – 2003)
4. Stage 4  Leap to Sustain (2004 – sekarang)
Untuk lebih jelasnya tentang perkembangan yang terjadi bisa dilihat pada gambar 1 dan 2, serta tabel 1 dan 2.

Gambar 1. Pengembangan Produk Leapfrog


Gambar 2. Pengembangan Kerjasama Leapfrog

Tabel 1. Perkembangan IT Leapfrog


Tabel 2. Faktor Keberhasilan, Resiko dan Tradeoff Leapfrog


Stage 1 – Leap to Exists
Ini merupakan tahap awal, di mana Leapfrog lebih bertujuan untuk memperkenalkan produk yang dihasilkannya ke konsumen. Leapfrog memperbaiki produk dan menurunkan harga produksinya (‘The Phonics Learning System’ dari $ 100 menjadi kurang dari $ 50).

Selain itu, kerjasama antara Leapfrog dengan pabrik dan retailer pun masih bersifat transactional biasa. Pemesanan langsung dibayarkan ketika barang datang, tanpa memikirkan tentang kontrak yang akan datang. Pada tahap ini IT hanya digunakan untuk pengembangan produknya, itupun masih di-outsource dari sebuah perusahaan software lain.

Walaupun demikian, produk Leapfrog berhasil mendapatkan sukses. Faktor penentu kesuksesan itu antara lain ide inovasi yang dihasilkan, kesetiaan investor dan karyawan serta belum adanya pesaing di produk yang dikeluarkan. Sehingga Leapfrog memperoleh keuntungan yang sangat tinggi.

Resiko pada tahap ini adalah kesulitan dalam kesesuaian harga antara biaya produksi dan ekspektasi konsumen. Hal ini menyebabkan Leapfrog baru menjadi sebuah perusahaan dan mengeluarkan produk pada tahun 1995, walaupun idenya sudah ada dari tahun 1990. Faktor lain yang menjadi resiko adalah sangat eratnya keterkaitan dengan pabrik (tightly coupled). Pada tahap ini Leapfrog belum memiliki banyak partnership dengan manufaktur. Ini menyebabkan Leapfrog harus merelakan 80 % dari keuntungannya untuk menerbangkan produknya agar sampai tepat waktu.

Stage 2 – Leap to Success
Pada tahap ini,Leapfrog terus berusaha mengembangkan diri. Langkah-langkah yang diambil di antaranya : untuk mendapatkan capital Leapfrog bergabung dengan Knowledge Universe dan untuk memperkuat teknologi Leapfrog mengakusisi Explore Learning. Tahap ini memungkinkan Leapfrog untuk melakukan proses penelitian dan pembuatan hardware dan software produknya secara in house (selective outsourcing).

Di sisi lain, Leapfrog mulai melakukan diversifikasi produk. Leapfrog melakukannya dengan memperbanyak produk education toys dan memisahkan antara platform dan content. Platform yang dibuat terdiri dari beberapa versi, yang setiap versi compatible dengan versi sebelumnya. Sedangkan content nya dibuat dalam berbagai judul dan isi.

Hubungan dengan pabrik dan retailer pun berubah, dan bergerak ke arah kerjasama berdasarkan kontrak (contractual). Dalam segi IT, selain pembuatan dan penelitian software dan hardware secara in house, mulai terdapat penggunaan IT sebagai alat untuk menangani proses yang terjadi. Salah satunya adalah dengan just in time inventory system yang menjembatani kebutuhan retailer dengan Leapfrog.

Perubahan strategi fabrikasi dan pemasaran dari tightly coupled menjadi loosely coupled merupakan salah satu faktor keberhasilan utama. Dengan adanya perubahan strategi itu, semakin banyak produk Leapfrog yang dapat diproduksi dan dijual. Resiko terbesar adalah bagaimana melakukan selective outsourcing. Akhirnya Leapfrog memutuskan untuk melakukan penelitian dan pembuatan produk tetap secara in house sedangkan fabrikasi dilakukan oleh perusahaan lain. Sedangkan untuk membuat compatible platform, Leapfrog mengeluarkan cost yang besar untuk R & D.

Stage 3 – Leap To Lead
Tahapan ini diwarnai dengan pergerakan Leapfrog ke dunia pendidikan. Leapfrog tidak lagi hanya membuat produk yang berkaitan dengan mainan, tapi juga mulai bergerak ke industri pendidikan. Hal ini terlihat sekali dengan diluncurkannya SchoolHouse Division, yang bisnis modelnya sangat berbeda dengan bisnis model di industri mainan (extend).

Selain itu, Leapfrog juga mulai menjalin kerjasama dengan beberapa perusahaan di dalam maupun di luar Amerika untuk melakukan kerjasama virtual (virtual integration). Ini dilakukan dengan beberapa pabrik di China dan perusahaan di luar Amerika untuk memasarkan produk Leapfrog secara internasional.

Perkembangan di bidang IT di antaranya, pengembangan produk baru dilakukan dengan menggunakan EDA (Electronic Design Automation) yang dikeluarkan oleh Synopsis dan berjalan pada IBM Linux Cluster. EDA ini membantu simulasi produk baru yang akan dikeluarkan. Sedangkan untuk mengikat konsumen, Leapfrog menggunakan online service untuk meng-upgrade content dan meng-upload nilai yang didapat dari permainan Leapfrog.

Di stage 3 ini, Leapfrog melakukan IPO (Initial Public Offering) untuk memperkuat capital dan brand name. Penambahan bisnis model yang baru yaitu industri pendidikan juga merupakan resiko. Industri pendidikan yang baru dimasuki oleh Leapfrog sangat berbeda dengan industri mainan. Selain itu, resiko yang lain adalah bagaimana mempertahankan suasana, tetap seperti perusahaan kecil seiring dengan perkembangan perusahaan menjadi enterprise. Untuk mengatasi hal ini Leapfrog mengambil langkah hybrid approach, dengan tetap membuat suasana yang menunjang kreativitas dan innovasi dan disisi lain juga mengembangkan kompleksitas dari industrinya.

Stage 4 – Leap to Sustain
Stage 4 ini merupakan tahap perkembangan lanjutan setelah tahun 2003 sampai sekarang. Di stage ini, Leapfrog mengalami kerugian (jawaban Pertanyaan 2) karena kurangnya perhatian dan antisipasi terhadap perkembangan IT. Karena kurang memperhatikan SCMnya, terdapat produk senilai US$ 20 M yang tidak bisa dipasarkan. Ini yang menjadi hit terbesar bagi Leapfrog di stage 4.

Kerugian akibat SCM ini membuat Leapfrog melakukan beberapa perubahan di organisasinya terutama IT, dengan mengangkat CIO, CFO dan Supply Chain Manager. Selain itu, di stage 4 ini juga mulai diluncurkan penjualan secara online (http://www.leapfrogstore.com/), sesuai dengan perkembangan kematangan teknologi.
Di stage 4 ini pula Leapfrog mendapatkan pesaing-pesaing baru. Walaupun tetap merajai penjualan mainan edukasi, sudah banyak produk-produk saingan yang diluncurkan oleh berbagai perusahaan untuk menyaingi Leapfrog. Salah satunya adalah PowerTouch dari Mattel.

Di stage 4 ini pula muncul berbagai pertanyaan bagaimana Leapfrog bisa tetap mempertahankan sustainability-nya. Strategi apa yang akan diambil Leapfrog selanjutnya. Apakah Leapfrog akan tetap melakukan inovasi untuk memunculkan produk-produk yang lebih bervariasi atau mencoba masuk ke industri yang lain atau bahkan keluar dari industri yang sudah dibangun sekarang? Apakah Leapfrog akan tetap meloncat menyaingi pesaingnya ? Ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang menarik untuk dinantikan jawabnya ke depan.

Pertanyaan V
1. Implementasi IT pada proses R&D untuk memperkuat core competency dan mempertahankan competitive advantage. Penting bagi suatu perusahaan untuk selalu melakukan iterative development terhadap produk, dan evaluasi secara menyeluruh sebelum produk dipasarkan. Peran IT adalah dalam menyederhanakan, mempercepat dan otomasi proses.

2. Implementasi IT terhadap supply chain secara menyeluruh. Dalam menjamin ketersediaan barang secara just in time inventory, dan ontime delivery ke konsumen. Juga terkait erat dengan capacity planning dan demand forecasting sehingga produktivitas bisa dioptimalkan. Implementasi ini meliputi logistic system, just in time inventory system, warehousing system, SCM system secara EDI ke retailer-retailer besar. IT dalam hal ini mempercepat dan memperpendek jarak dan waktu distribusi barang.

3. Implementasi IT terkait online services. Leapfrog dengan jeli membaginya menjadi :
a.Company Profile, product information dan product support. (www.leapfrog.com)
b.Online Store (www.leapfrogstore.com)
c.Spesifik Educational market (www.leapfrogschoolhouse.com)
d.Informasi Investor (www.leapfroginvestor.com)
e.International marketing, beberapa site dari negara berbeda.

Peranan internet dan IT tidak terbantahkan lagi dalam era globalisasi. Global network yang disikapi dengan implementasi IT yang tepat merupakan senjata utama dalam persaingan bisnis masa depan.

Wednesday, March 15, 2006

Kodok Loncat .. Mari Berloncatan

Kodok Loncat .. Akankah meloncat pada suatu kemenangan atau kesengsaraan ??

Leapfrog adalah sebuah perusahaan yang berdedikasi tinggi dalam menjadikan industri mainan bukan hanya industri untuk kesenangan biasa tapi juga ada unsur pendidikan di dalamnya. bukan hanya mainan yang menjadi titik permasalahan bagi Leapfrog tapi sarana pendidikan. Contoh produk Leapfrog yang pasti hampir setiap orang, terutama di Indonesia, tau adalah Dora The Explorer. Ini hanya salah satu dari ciptaan Leapfrog dari sekian banyak mainan pendidikan lainnya.

Lompatan-lompatan yang dilalui oleh Leapfrog, bisa digolongkan kedalam 3 tahap, Leap to Exists, Leap to Success and Leap to Lead. penggolongan tiga tahap itu bisa dilihat dari startegic shifts, market structure & busines network dan IT development.

Dari strategic shift, bisa dilihat Leapfrog melalui ketiga strategic shift, Enhance, Expand dan Extend. Enhance dilakukan pada stage-stage awal dimana Leapfrog menuangkan idenya tentang mainan yang bisa mendidik untuk mendapatkan harga yang kompetitive di pasaran. Expand dilakukan dengan membuat diversifikasi produk, mulai dari platform sampai content yang bisa dipisah. Extend dilakukan dengan melompat pada industri sekolah. industri sekolah jelas sangat beda dengan industri mainan. karena lompatan ini, Leapfrog yang sekarang dikenal dengan 2 bisnis modelnya, model pertama di mainan dan model kedua di pendidikan.


Dari market structure and bisnis network, Leapfrog melakukan lompatan-lompatan dalam bekerjasama dengan partner-partner bisnisnya. pada awal-awal kerja sama tersebut lebih bersifat transactional, ada barang yah dibeli, satu kali transaksi selesai. Ini bisa dilihat dengan kerja sama awal Leapfrog dengan toys manufacture dan toy 'r us (pembelian pertama toy 'r us langsung memesan 40.000). kemudian dengan berkembangnya bisnis, kerjasama Leapfrog juga berkembang ke arah contract. kerjasama sudah tidak lagi dilakukan dengan membeli sekali jadi setelah itu selesai. tapi lebih ke yang sifatnya terus menerus dan kontinuitas. Kontrak dengan toko-toko pun dibuat. bila stok di toko sudah mulai berkurang, Leapfrog akan mengirimkan kembali barang2nya. Pada stage terakhir, di lihat kecendrungan lompatan Leapfrog ke Partnership. dengan beberapa perusahaan, Leapfrog membuat kerjasama berdasarkan kebutuhan bersama. tidak lagi sekedar jual dan beli.

Dari segi IT development .... hmm... ini agak bingung. karena belum tau mau nulis apa tentang ini. Ada ide gak ???

Tuesday, March 14, 2006

D' Minute n D' progress

Dari hasil meeting kita semalam dan beberapa malam yang lalu, disepakati untuk membagi tugas secara spesifik ke semua anggota kelompok. Tujuannya adalah melatih supaya kita terfokus dan memiliki pendalaman di materi tertentu. Meskipun nantinya demi kemaslahatan bersama masing - masing kudu sharing ke anggota yang lain.

Untuk PSSI, sesuai dengan identifikasi metodologi yang bisa kita gunakan, komposisi pengerjaannya diatur kaya gini okta-narsum,aes Towsend,Amir Swothy,Jimmy Pestley,n Linda 5Forces.

Untuk SIK, urut aja dari no 1 - 5, okta,agung,jimmy,linda,amir.

Beberapa url menarik yang sudah kukolek :
ini trus ini juga trus apalagi ini.

Okey bos ... siap difollowup yahh.

Monday, March 13, 2006

Response Paper - 7205000067

IT Doesn’t Matter - Nicholas G. Carr.

Response Paper - Agung E Setyobudi - 7205000067
agung_erwan@yahoo.com, MTI 2005 Student, IT Consultant
Published at http://rumpimagenta.blogspot.com

Carr dalam papernya yang menarik tersebut, memang mengulas perkembangan dan masa depan IT dari berbagai sudut. Kenapa saya bilang menarik, karena dari beberapa literatur disebutkan bahwa artikel yang dimuat di Harvard Business Review tersebut, dinikmati secara luas di komunitas IT dunia, ditandai dengan booming-nya pada tahun 2003, dan tentu saja menerima begitu banyak respon baik pro dan kontra (http://www.nicholasgcarr.com/articles/matter.html).

Secara garis besar Carr mengelompokkan ke dalam 3 bagian besar tulisan. Pertama adalah penurunan advantage bagi suatu organisasi karena tren IT tidak lagi proprietary, melainkan menuju suatu open infrastruktur IT yang bisa dikonsumsi beramai – ramai. Kedua adalah komoditisasi IT, yang pada awalnya IT merupakan suatu strategi diferensiasi suatu organisasi karena sifat proprietarynya, dan berhasil memunculkan pelaku – pelaku pertama dalam bisnisnya, di Indonesia mungkin bisa dicontohkan BCA dengan internet bankingnya. Namun demikian seiring berkembangnya infrastruktur, dan standarisasi terhadap best practice akhirnya banyak strategi yang replicable dan diadaptasi para pemain lain. Dan hal itu mendorong persaingan product packaging dan pricing di dunia industri. Ketiga adalah bagaimana suatu organisasi dapat secara adaptif mengelola IT, karena disebutkan bahwa IT bisa bersifat offense maupun defense. Dengan misi terpenting bahwa implementasi IT at the end lebih merupakan suatu seni memanage balance antara risk dan cost, di mana yang paling affordable demi tercapainya keuntungan maksimal-lah yang akan terimplementasi.

Dari sudut pandang seorang konsultan IT, dan terutama jika kita berfikir secara rasional untuk pasar IT di Indonesia, di mana daya beli tidak terlalu tinggi dan pola – pola implementasi yang lebih risk safer. Saya dalam beberapa hal setuju dengan argumentasi Carr, terutama untuk komoditisasi IT dan bagaimana strategi implementasi IT. Pasar IT di Indonesia bisa dibilang cukup unik, dengan latar belakang budaya dan geografisnya. Banyak implementasi IT yang jelas – jelas merupakan komoditisasi bukan saja terhadap IT tapi terhadap cost. Pengadaan infrastruktur IT, dan jor – joran eGov dari pihak pemerintahan, yang jelas menunjukkan banyaknya vendor yang memanfaatkan isu IT terhadap kondisi gengsi antar departemen. Diperparah dengan management cost dan risk yang sering kali tidak masuk akal. Sedangkan secara ideal seharusnya implementasi tersebut tinggal mengadopsi pattern yang diulas oleh Carr demi mendapatkan advantage yang maksimal.

Dan demi tetap langgengnya profesi konsultan IT-lah yang membuat saya tidak setuju dengan pendapat Carr pertama. Dalam kondisi perkembangan teknologi seperti apapun, sudah seharusnya kita harus bisa memberikan suatu solusi IT yang bersifat proprietary bagi satu organisasi dibandingkan dengan kompetitornya. Dan dalam hal ini adanya internet dan banyak kemajuan IT lainnya bukanlah sebuah hambatan, melainkan suatu tantangan, yang membuat IT itu sendiri tumbuh berkembang waktu demi waktu.

*agak ngga genah, lagi flu, nyari ide agak nggrambyang

Wednesday, March 08, 2006

Social Correlation of Business Strategy with Soccer

Duileee maut banget judulnyeee ..

Padahal sebenernya saya cuman mau cerita kalo saya ngantuk banget pas MK PSSI semalem. Dan ini masih berhubungan erat dengan PSSI, tapi terkait urusan yang lain, yaitu Sepakbola.

Dua malam ini seperti biasa saya tidak melewatkan hajatan tahunan, siaran langsung Per8 Final Champion League. Apalagi makin tahun kayanya makin menarik saja. Ditambah bonus, jagoan saya Arsenal, yang di Liga kaya mau terdegradasi aja, sukses lolos ke Per4 Final. Semoga sih bisa terus sampai final, dan juara. ;)

Kembali ke ngantuknya saya semalam. Padahal saya sudah mencoba segala cara, minus nyolok mata sendiri pake pulpen, minta Kang Agus niup mata, atau hal - hal dangerous lainnya, tapi tetep saja hampir separo durasi saya habiskan untuk struggle to awake.

Tapi untunglah penyelamat itu datang, dan bikin mata langsung melek, kaya abis kena cium sama Luna Maya. Mr. Ucok sambil senyum - senyum launch tugas, dan minta 3 minggu dari semalam buat dikumpul. Dan setelah sempat bingung, tugasnya tentang apaan sih, lucky us dengan memiliki Hermione di kelompok kita :)) Dia/she menjelaskan dengan senang hati dan berpanjang lebar, jadi ngertilah kita apa yang harus dikerjakan. Nah sekarang tinggal, bagaimana mengerjakannya, masihkah soccer itu berpengaruh lagi hehehe

MTI UI Lecturer Pattern Recognize

Setelah melakukan analisa dan pengamatan yang intensif selama lebih dari satu bulan, didapatkanlah pola-pola (pattern) tertentu dari dosen-dosen pengajar di MTI UI Sem 2. Pola-pola ini berbeda-beda pada masing-masing dosen. Pengamatan dilakukan setiap hari kuliah mulai dari jam 6.30 malam sampai dengan jam 9.00 malam sesuai dengan waktu kuliah di MTI UI. Pola-pola yang digambarkan di sini masih merupakan sebuah hipotesis yang perlu diteliti lebih lanjut.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, pola yang dapat diambil adalah :

1. Dosen MSIK (Manajemen Sistem Informasi Korporat), Bapak Rifki Sihab, selalu memberikan handsout yang tidak lebih dari 2 lembar. ini merupakan pola yang paling gampang dilihat dari bpak Rifki. Tapi walaupun hanya memberikan 2 lembar handsout, kegiatan belajar mengajar di kelas bisa full dari jam 7 sampai jam 9. Kegiatan kelas banyak diisi dengan diskusi, mendiskusikan gosip2 di sekitar IT dan organisasi-organisasi yang menerapkan IT tersebut. Jadi hari senin itu hari untuk bergosip IT.

2. Dosen PITI (Perencanaan Infrastruktur Teknilogi Informasi), Bapak Budi Yuwono, selalu konsisten dengan waktu selesai belajar mengajar. Tidak lebih dari jam 8 (bahkan mungkin kurang) kelas pasti sudah diperbolehkan pulang. walaupun banyaknya handsout yang diberikan setiap pertemua itu berbeda, tapi bapak yang satu ini selalu bisa menyelesaikannya jam 8. Manajemen waktu yang sangat baik sekali.

3. Untuk Dosen PSSI (Perencanaan Strategis Sistem Informasi) karena terlalu sering berubah-ubah dosennya, jadi sulit menentukan pola tertentu. Tapi khusus untuk Bapak Zainal A. Hasibuan, lebih sering di sebut pak Uchok, pola yang paling bisa diperhatikan adalah tugasnya. Tugas dari pak uchok ini juga selalu konsisten. Pasti membuat sebuah laporan akhir yang melatih kemampuan (soft skill) demi menciptakan cita-cita luhur UI, being a reseach university.

4. Dosen SPPL (Spesifikasi dan Prasyarat Perangkat Lunak), Bapak Eko K. Budiardjo, selalu memulai perkuliahan jam 7.30 malam. bahkan bisa lebih telat lagi. dan dia selalu mengakhiri pertemuan dengan kata-kata : "Supaya sama dengan kelas yang satunya, saya sudahi sampai di sini. Minggu depan kita akan teruskan.".

Karena pola-pola ini masih merupakan sebuah hipotesis, penelitian untuk mendukung dan membuktikan hipotesis ini sangat dianjurkan. Semoga ini bisa membantu dalam menentukan strategi kuliah agar bisa mengambil ilmu sebanyak banyaknya dan lulus sebaik-baiknya.

Tuesday, March 07, 2006

Jam 8 Setiap Malam Rabu

Ada apa dengan jam 8 setiap malam rabu. Bagi kita - kita yang ikut MK PITI semester 2 ini pasti langsung ngeh. Kalo ngga ngeh juga, wah perlu general check-up loe, atau emang kagak pernah masuk.

Setiap malam rabu, mau kita dateng telat apa engga, Mr. BY dengan konsisten selalu mengakhiri di sekitar jam 8. Seperti juga semalam, materi kita selesai pada pukul 7.55. Rabu sebelumnya kita bubar pukul 8.10, minggu sebelumnya lagi 8.05, yang sebelumnya lagi hehehe ya kurang lebih sama lah.

Btw, materinya sendiri sebenarnya cukup menarik. Contoh apa yang disampaikan tadi malam, tentang Proses Manajemen Infrastruktur. Kita belajar bagaimana mengelola semua infrastruktur yang sudah pernah kita develop sebelumnya, supaya terdokumentasi dengan baik, reusable, dan bisa jadi standar dalam organisasi.

Kegunaannya sendiri tentu saja banyak, dengan infrastruktur TI yang termanage, kita bisa menjamin service level, roadmap pengembangan lebih fleksibel dan adaptif. Koordinasi dengan pihak - pihak yang terkaitpun mudah, proses evaluasi, dan manajemen resiko terhadap project berikutnya pasti akan berkembang baik.

Disebutkan juga, jika kita sudah berhasil manage infrastruktur sampai ke dalam bentuk arsitektur, keberhasilan kita dapat diukur dari keselarasan antara pengembangan TI dengan bisnis berjalan. Tentunya dengan sebuah roadmap yang jelas perencanaan, pengembangan, dan implementasinya akan jauh lebih mudah.

Lebih lanjut arsitektur yang sudah dibangun juga secara berkala harus direview. Hal ini dilakukan untuk menjaga keselarasan dengan bisnis. Yang biasanya berkembang sesuai dengan kebutuhan pasar dan eksistensi organisasi sendiri. Nah, dari topik ini tinggal kita bisa menerapkan atau tidak. Karena ide bagus tanpa eksekusi, dan kuntinyuitas memang omong kosong.

It Doesn't Matter (Artikel By Nicholas Carr) Respon Paper

Pertama kali baca judul artikel ini, yang terlintas dikepala adalah “Kenapa belajar di MTI kalau IT doesn’t Matter?”. Kenyataan yang ada di dunia, Indonesia pada khususnya, banyak universitas, konsultan dan IT software house yang menjadikan IT sebagai salah satu jurusan andalannya. Bila IT bukan sesuatu yang berarti pastinya universitas, konsultan dan software house ini sudah dari dulu-dulu akan gulung tikar dan tidak berkembang. Tapi kenyataannya tidak. Universitas, konsultan dan software house ini tetap saja berkembang dan mendapatkan banyak keuntungan. Dari kenyataan kecil ini, dapat dibuat kesimpulan sementara bahwa Carr tidak melakukan analisis dan pencarian fakta, referensi dan sumber yang kuat untuk membuktikan pengaruh IT dalam bisnis. Kesimpulannya diambil dari pengamatan IT dalam arti yang sempit dan tidak menyeluruh.

Kelebihan lain dari artikel ini, sehingga banyak dibaca orang, adalah pemilihan judul yang tepat. Judul artikel ini sangat menarik perhatian. Hampir semua orang yang bergerak di bidang IT dan CEO yang mengimplementasikan IT pasti tertarik untuk membaca artikel ini setelah membaca judulnya.

Carr mengartikan IT dalam arti yang sangat sempit sekali. IT hanya dianggap sebagai penyimpan, dan alat transportasi data. Bahkan dia menganalogikan IT dengan rel kereta api dan listrik. Analogi yang sama sekali tidak tepat. IT bukan hanya sebagai alat transportasi data, IT is more then that.

Beberapa hal dalam IT yang luput diamati dalam artikel ini antara lain IT sudah berkembang. Tidak lagi hanya sebagai alat penyimpan dan transportasi data seperti yang diasumsikan Carr. Salah satunya IT berkembang menjadi bisnis intelegent, hal yang sangat penting untuk membuat keputusan-keputusan bisnis yang membedakan satu organisasi dengan organisasi lainnya, tidak sekedar store and forward.

Mengutip analogi Carr tentang persamaan rel kereta api dan IT, berikut ini adalah analogi akan dua hal tersebut yang mungkin luput diamati oleh Carr (analogi ini dikemukakan oleh Mark S. Lewis). Rel kereta api memang bisa diakses untuk semua orang, tapi cara, rute dan kereta yang kita pilih untuk melakukan perjalanan itu tergantung dari masing-masing individu. Sama hal nya dengan IT, perangkat IT akan menjadi infrastruktur yang umum dan bisa diakses oleh semua orang tapi bagaimana sebuah organisasi menggunakan infrastruktur itu, itu yang akan menghasilkan keunikan dan keuntungan (competitive advantage) bagi organisasi.

IT Doesn't Matter Response Paper

Menurutku pribadi, tugas response paper iki cukup menantang terlepas dari banyaknya lembar yang harus dibaca. Dari sisi yang agak berbeda dengan Okta, dengan tugas semacam ini kita dipaksa untuk mencari tahu sesuatu. Suka gak suka, kita harus explore dan mencoba mengerti.

Kalaupun kita terkendala dengan bahasa, atau yang dibahas materi yang kita kurang mengerti, justru itu tantangannya bukan. Pendidikan yang kita ambil bertujuan untuk melatih daya analisa kita dan visi kita terhadap IT secara global. Jauh daripada itu, kita diharapkan akan punya sumbangsih dan eksistensi di IT.

Jadi marilah kita berusaha bersama. Ingat misi awal kelompok kita adalah, mewujudkan nilai yang bagus bagi semua anggota kelompok. Saya pribadi ingin lebih dari itu, secara soft skill harusnya kita lebih terupdate, dengan saling berinteraksi. Tinggal gimana caranya, mau disikat rame2 atau dibasi-in sendiri. Set waktu aja, setiap selesai kuliah mungkin, waktu selalu terbuka.

Monday, March 06, 2006

Ngerumpi tentang IT korporasi.

Nambahin Linda ahh,

Menurutku semua diskusi tentang IT korporasi setiap malam Selasa, kurang lebih sama dengan kita ngerumpi tentang bagaimana membesarkan seorang anak. Apa saja kira - kira
yang harus dipelajari, buku apa saja yang harus dibaca, disekolahkan di mana, dan pertemanan semacam apa yang akan kita arahkan. Yang kesemua effort itu berujung suksesnya anak tersebut kelak kemudian hari.

Filosofi pola pikir yang coba dipelajari adalah, bagaimana seorang top level management melihat korporasi yang sedang dikelolanya. Apakah korporasi harus mengakomodasi IT untuk akselerasi dan driver terhadap bisnis yang dijalankan. Apakah model kerjasama, rantai distribusi dan pola distribusi wewenang sudah paling sesuai dengan organisasi.

Banyak idiom yang dikenalkan, mulai dari loosely couple, virtually integrated, business network, diferensiasi, propietary advantage, dan masih banyak lagi. Tapi dari semua yang dijelaskan, sedikit kesimpulan yang bisa kuambil adalah semua bertujuan bagaimana strategi sebuah korporasi untuk lebih efektif, efisien dan menjadi pemenang kompetisi.

Seperti yang juga disampaikan semalam, ada satu hal yang cukup menarik. Bahwa supaya bisnis bisa sustainable, secara IT mutlak dibutuhkan investasi. Namun demikian investasi seperti apa yang paling tepat. Mr. Rifki menyarikan dari text book ada 3 formula yaitu :
1. Investasi terhadap teknologi yang reusable, secara teknologi bisa digunakan untuk mendukung dan menciptakan nilai bisnis.
2. Investasi yang bersifat Peningkatan pendapatan dan efisiensi biaya.
3. Investasi untuk diferensiasi strategi, hal ini sangat penting karena dalam banyak case sudah terbukti bahwa hanya bisnis dengan strategi yang unik dan 'berbeda' (bukan follower) lah yang akhirnya memenangkan persaingan.

Jadi seperti yang disampaikan Linda, seberapa cepat mitos tentang IT yang merubah model ekonomi tersebut mulai akan terlihat, juga sangat akan ditentukan dengan seberapa bijak masyarakat IT mengadopsi semua teknologi baru tersebut.

Coorporat - Make Case of IT

Senin malam, di awali dengan membaca bersama sebuah artikel yang berjudul The Myth of New Economic. Setelah selesai membaca bersama (sebenernya ini artikel untuk di baca di rumah sih , tapi karena kebanyakan gak baca jadinya membaca bersama dech :D), maka dimulailah diskusi. Inti dari diskusi semalam artikel semalam sih berbicara tentang apakah IT benar hanya merupakan "Myth" bagi new economic ?? atau IT bukan lagi sebuah Myth. tapi sebuah faktor penting untuk menyukseskan perekonomian ??

That questions still remain. Only time can prove it. Tapi kalo menurut aku sih, IT bukan lagi sebuah Myth. IT sedang berusaha membuktikan dirinya sendiri sebagai bagian penting dari Economy. tapi memang memerlukan proses yang tidak sebentar untuk mewujudkannya. memerlukan banyak waktu dan prosesnya evolusi bukan revolusi.

Setelah selesai diskusi tentang artikel dimulailah bla bla bla tentang Make Case of IT. Sama seperti biasa .. slide hanya 2 lembar tapi pembahasan bisa lebih dari 1 jam... hehhehe .... hebat kan. Banyak diskus dan tanya2nya soalnya. Mungkin ini kali yah yang menjadi keunggulan matakuliah ini. Banyak diskusi. Tapi memang, coorporat itu bukan sekedar teori. harus banyak di diskusi kan untuk mencapai pengertian yang sama tentang stategi coorporat itu sendiri berdasarkan contoh-contoh nyata yang telah diterapkan.

di akhir perkuliahan (hari ini tumber berakhirnya cepet. belum sampai jam 8.30, normalnyakan jam 9 lebih baru selesai), tugas pun di launching... :((

tugas kelompok pertama ... Tugasnya sih cukup simple, hanya menganalisa kasus yang ada di buku dan nanti akan diberikan beberapa pertanyaan untuk di jawab. Case yang di pilih adalah Leaffrog (semoga tulisannya bener :P). Pertanyaannya akan diberikan minggu depan dan minggu depannya lagi kita harus menjawab semua pertanyaan dan mempresentasikan salah satu dari pertanyaan tersebut di depan kelas. Gak tau juga mesti presentasiin yang mana. Mungkin di undi kali yah. Semoga aja dapet yang bisa dikerjakan dengan baik dan benar.

I think that is the summary of the class in Monday (06-03-2006). oo iyah.. harus ngerjain tugas response paper IT Doesn't Matter nih, di kumpulin minggu depan. Ide nya belum kumpul semua nih.. semoga bisa selesai sebelum hari rabu. Selain baca IT doesn't matter, mesti baca Leaffrog juga ...

Kenapa yah .. kok jadi banyak tugas .. Harus di hadapi dengan semangat nih .. >.<

Sunday, March 05, 2006

Tm mana yang paling susah ??

Mari kita bicarakan tentang tugas-tugas yang ada di Semester 2. Ini di sort by hari kuliah yah...

1. Hari Senin ...

sepertinya tugasnya gak gitu susah. cuman response paper dan case study.. (blom liat tugas case studinya sih .. jadi sepertinya gampagn2 saja. Response paper cuman 1 lembar kan .. gampanglah tinggal ngecap2 .. (ngecapnya tapi mesti sesuai topik.. kalo gak bisa gawat. hehehhe..). semoga aja case studynya juga gampang. dan tinggal ngecap2 :P.. I really Hope So.. >:D<

2. Hari selasa ....

tugasnya gak jelas ......... (atau belum jelas ??) semoga tetep gak jelas .. jadi nya gak ada tugas dech .. yuppieeeeeeeee.. senangnya kalo gak ada tugas. semoga bapaknya lupa kasih tugas .. hahahhahahha

3. Hari Rabu ....

nah ini :(( tugas banyak ... susah ... terbayang kesukaran ADIS waktu dulu (udah susah2 di bikin cuman dapet B ... gak terima :(( ).. :(( .. kalo bener2 mesti bikin rancangna stategis untuk 1 org ini mah jadi kayak bikin Proyek Akhir dong..
tidak terima tidak terima ..
semoga tugasnya di batalin <>

4. Hari Kamis

kamis ini seminar ding .... cuman bikin proposal aja. individu pula.. anggota kelompok magenta juga cuman 2 orang yang ikut, cuman LInda dan amir doang.. ayo dong .. semua pada ikut seminar .. seru loh. pembicaranya ada bule segala ;))

5. Hari Jumat

nah ini satu hari lagi yang tugasnya banyak .. hiks
mana terakhir di suruh presentasi kayak sidang lagi .. hua hua hua hua hua hua .. kejam sekali. jangan2 nanti di bantai lagi.
semoga pas waktu kelompok magenta yang maju pak eko sedang good mood :D jadi dapet nilainya pun bagus :D ....

Kesimpulannya .....

tugas hari rabu dan jumat itu syusyah2 banget. tapi 2 matakuliah ini gak boleh di batalin :( .. semoga bisa melewatinya dengan benar :P
semoga dapet A (di grade akhir dan di ilmu penerapannya).....
semoga kompak ngerjainnya ....
semoga ..
semoga ..
semoga ..

Spesifikasi dan Requirement Engineering.

Pertama mendengar spesifikasi mungkin sudah beberapa waktu yang lalu, ketika masih suka jalan - jalan ke client. Ketika itu agak buram apa maksud dari spesifikasi, karena bendanya sendiri adalah kepunyaan client.

Biasanya dari kesimpulanku terhadap apa yang kulihat di beberapa spesifikasi yang ada tersebut, isinya kurang lebih menjelaskan akan seperti apa sistem atau aplikasi yang dibuat. Bisnis prosesnya seperti apa, kemudian user interface yang diinginkan, dan output yang dibutuhkan, dan beberapa hal yang bersifat pendukung untuk kemudahan, semisal supaya mudah ketika input data user harus disediakan alat bantu apa, demikian juga ketika generate report apa saja yang harus diperhatikan.

Kira - kira seperti itu gambaranku tentang spesifikasi sejauh ini. Sampai ketika semester ini kuambil mata kuliah Requirement Engineering. Mungkin sedikit kurang berminat pada awalnya, karena mata kuliah pendahulunya software engineering dalam penilaianku agak membosankan. Akan tetapi karena kuliah wajib, jadi epe me dikete haruslah diambil.

Sampai dengan Jum'at kemarin sudah 4 kali pertemuan yang kujalani untuk mempelajari tentang Requirement Engineering. Tentu saja dengan waktu yang sudah sekitar 6 jam aku mendengar tentang berbagai aspek tentang pentingnya RE, cukup membuka wawasanku bahwa memang seni membuat requirement ini penting sekali peranannya dalam pembangunan sistem.

Analogi mudahnya mungkin sebagai berikut, jika kita akan membangun rumah, tentu akan lebih mudah jika developernya sudah memiliki gambar desain rumah, berapa material yang dibutuhkan, sampai kepada hal - hal yang detil seperti model pintunya, ukuran ubinnya, cat dindingnya, dan bentuk tamannya. Kegiatan untuk mewujudkan spesifikasi atau desain awal tersebutlah yang disebut dengan requirement engineering.

Coba kita bayangkan, jika posisi kita sebagai developer, kemudian owner hanya menyatakan bahwa dia menginginkan rumah bagus, dan nyaman tanpa bisa mendefinisikan seperti apa persisnya rumah yang diinginkan. Seperti kebanyakan yang sudah terjadi biasanya akan terjadi banyak perombakan, semisal dindingnya tidak sesuai, dibongkar lagi, dirubah menjadi bentuk baru dan seterusnya. Hal ini akan semakin parah ketika waktu penyelesaian sudah mendesak, dan sumber daya terbatas. Anda bisa bayangkan seperti apa hasil akhirnya, bubrah kabeh(rusak semua - Jawa red.). Atau sekalipun menjadi sesuatu, tentu tidak akan sesuai dengan yang diinginkan.

Jadi seperti itulah spesifikasi dalam requirement engineering yang akan kita pelajari dalam satu semester ini. Supaya nantinya nilai kita baguspun sepertinya perlu spesifikasi juga ya, detil apa yang kita inginkan dan apa yang harus kita lakukan hahaha.

Friday, March 03, 2006

Ini posting rame rame

hai haii ...
kita lagi rame - rame nih nunjukin cara ngeblog ...
so sooo go gooo blogggg

*toeinggg

Wednesday, March 01, 2006

Haha Hihi bersama Mr. Eko Indrajit

Pertama masuk ke kelas semalem, setelah sebelumnya sempat salah jalan dan telat, agak kaget juga di masing - masing meja terhampar kertas - kertas yang tersusun rapi dan memiliki pola yang sama. Ternyata setelah aku dapatkan tempat duduk dan tanya kanan kiri, mereka sedang belajar tentang perencanaan dan strateginya.

Diskusi panjang lebar dan haha hihi, tapi inti dari diskusi tersebut bahwa organisasi pada masa ini kalo mau sukses musti alignment antara strategi bisnis dan strategi TI. Ketika masa TI sudah menjadi bukan sekedar tools dan support, namun lebih jauh sebagai enabler dan driver keselarasan tersebut harus benar - benar terjaga.

Sebuah organisasi yang wise akan mengetahui exactly seperti apa dia dan di mana posisinya. Seberapa besar peran dan fungsi TI di dalamnya. Kemudian sedapat mungkin akan mengoptimalkan fungsi TI sesuai dengan karakter tersebut.

Basically antara satu organisasi dengan yang lain akan sangat berbeda. Sebagai contoh XYZ yang merupakan konsultan TI di mana harus selalu menyediakan solusi TI yang paling mutakhir ke organisasi lain, TI merupakan weapon, maka organisasi tersebut harus menyediakan resource yang lebih untuk selalu belajar dan memperbaharui knowledge TI yang dimilikinya. Dalam bahasa mudah, dituntut untuk dapat selangkah lebih maju dari yang lain. Orang belum ngerti, kita udah gape.

Selain itu organisasi yang baik juga harus bisa mengelola strategi TInya, terkait dengan implementasinya. Untuk berbagai fungsi seperti TI sebagai cost center, profit center, investment center ataupun service center, organisasi harus bisa mengatur sedemikia rupa sehingga balance. Keseimbangan yang terkait dengan proyeksi pendapatan beberapa tahun mendatang, media politis strategis, dan apapun yang sebenarnya berpartisipasi dalam memperbesar organisasi.

Balik ke haha hihi, satu yang paling membuat mules temen - temen saking lucunya adalah republik ini ternyata sudah membuat satu kebijakan TI yang diwadahi dalam bentuk KePres. Agak sedikit di luar dugaan, kepres itu dikeluarkan pada masa Presiden Megawati. Mr. Eko state dengan tegas bahwa jaman Bu Megawati, beliau memang sangat tergantung dengan TI. Bagaimana tidak, lha wong kalo ngga ada TI jadinya hanya Megawa .. huahahaha kontan satu kelas ger geran.

Cerita yang ada semalem kalo ditulis semua bisa capek scroll pagenya, tapi intinya bahwa strategi itu sangat penting. Semua harus dengan strategi, tapi namun demikian tetap ada hal yang juga tak kalah penting yaitu eksekusinya. Ngutip apa yang dijokekan semalem, ngimpi boleh saja, tapi kalo mimpi tanpa eksekusi selamanya mimpi. Jadi poin kedua yang juga penting adalah eksekusi. Dalam TI hal itu dikonversikan menjadi visi, dan tahapan pelaksanaan. Atau pasangan antara demand and supply dan step - step perangkainya. eh bener gak sih :))

Sampai sini dulu deh .. silahkan yang lain menambahkan.

Catatan di suatu hari Rabu.

Plak ...
Setelah aku sadar ternyata hari ini masih hari rabu. Tadi sempat terpikir ini hari kamis, tapi bukankah Kamis gw udah decide untuk libur kuliah ;) sementara hari ini ada kuliah PSSI. Brati masih hari rabu .. bener khan hehehe

Oiya PSSI, pasti pada nebak itu persatuan bola yang selalu bermasalah itu ya. Bukan fren, PSSI mean Perancangan Strategis Sistem Informasi. Gw sendiri masih agak confuse antara --- time out to play mp3 from Pemuda Harapan Bangsa --- PSSI dan SIK. Tapi setelah gw banding2in ternyata memang sedikit berbeda, paling ngga dari sudut pandang dan pemahaman gw ya.

PSSI cenderung concern pada strategi perusahaan, yang tentu saja ambil case perusahaan modern yang sudah implement IT. Bagaimana sebuah organisasi/perusahaan create strategi untuk memenangkan kompetisi bisnis dengan menggunakan IT sebagai enablernya. Sementara SIK lebih kepada bagaimana organisasi melihat dirinya sendiri sebagai suatu korporasi dalam mengembangkan IT. Dengan fokus pada bagaimana beberapa proses akan jauh lebih efisien dan responsif jika disupport oleh IT.

Tapi terlepas dari perbedaan tersebut, 2 MK ini terkait erat dalam implementasinya. Strategi dan sudut pandang korporasi harus selalu sejalan dalam bergulirnya roda organisasi. Apalagi dua - duanya disampaikan dengan cara yg menarik, sampai kayanya nyesel banget kalo gak ikut.

Tapi .. bukankah ini sudah jam 6 sore, dan kuliah masuk jam 1/2 7 bukan.
hahaha .. so got to go .. besok kita tulis apa yang disampaikan lecturer tonight.
(*smoga aja Muki yg fun itu)