Magenta Solusindo

-let's enjoy open discussion-

Monday, March 13, 2006

Response Paper - 7205000067

IT Doesn’t Matter - Nicholas G. Carr.

Response Paper - Agung E Setyobudi - 7205000067
agung_erwan@yahoo.com, MTI 2005 Student, IT Consultant
Published at http://rumpimagenta.blogspot.com

Carr dalam papernya yang menarik tersebut, memang mengulas perkembangan dan masa depan IT dari berbagai sudut. Kenapa saya bilang menarik, karena dari beberapa literatur disebutkan bahwa artikel yang dimuat di Harvard Business Review tersebut, dinikmati secara luas di komunitas IT dunia, ditandai dengan booming-nya pada tahun 2003, dan tentu saja menerima begitu banyak respon baik pro dan kontra (http://www.nicholasgcarr.com/articles/matter.html).

Secara garis besar Carr mengelompokkan ke dalam 3 bagian besar tulisan. Pertama adalah penurunan advantage bagi suatu organisasi karena tren IT tidak lagi proprietary, melainkan menuju suatu open infrastruktur IT yang bisa dikonsumsi beramai – ramai. Kedua adalah komoditisasi IT, yang pada awalnya IT merupakan suatu strategi diferensiasi suatu organisasi karena sifat proprietarynya, dan berhasil memunculkan pelaku – pelaku pertama dalam bisnisnya, di Indonesia mungkin bisa dicontohkan BCA dengan internet bankingnya. Namun demikian seiring berkembangnya infrastruktur, dan standarisasi terhadap best practice akhirnya banyak strategi yang replicable dan diadaptasi para pemain lain. Dan hal itu mendorong persaingan product packaging dan pricing di dunia industri. Ketiga adalah bagaimana suatu organisasi dapat secara adaptif mengelola IT, karena disebutkan bahwa IT bisa bersifat offense maupun defense. Dengan misi terpenting bahwa implementasi IT at the end lebih merupakan suatu seni memanage balance antara risk dan cost, di mana yang paling affordable demi tercapainya keuntungan maksimal-lah yang akan terimplementasi.

Dari sudut pandang seorang konsultan IT, dan terutama jika kita berfikir secara rasional untuk pasar IT di Indonesia, di mana daya beli tidak terlalu tinggi dan pola – pola implementasi yang lebih risk safer. Saya dalam beberapa hal setuju dengan argumentasi Carr, terutama untuk komoditisasi IT dan bagaimana strategi implementasi IT. Pasar IT di Indonesia bisa dibilang cukup unik, dengan latar belakang budaya dan geografisnya. Banyak implementasi IT yang jelas – jelas merupakan komoditisasi bukan saja terhadap IT tapi terhadap cost. Pengadaan infrastruktur IT, dan jor – joran eGov dari pihak pemerintahan, yang jelas menunjukkan banyaknya vendor yang memanfaatkan isu IT terhadap kondisi gengsi antar departemen. Diperparah dengan management cost dan risk yang sering kali tidak masuk akal. Sedangkan secara ideal seharusnya implementasi tersebut tinggal mengadopsi pattern yang diulas oleh Carr demi mendapatkan advantage yang maksimal.

Dan demi tetap langgengnya profesi konsultan IT-lah yang membuat saya tidak setuju dengan pendapat Carr pertama. Dalam kondisi perkembangan teknologi seperti apapun, sudah seharusnya kita harus bisa memberikan suatu solusi IT yang bersifat proprietary bagi satu organisasi dibandingkan dengan kompetitornya. Dan dalam hal ini adanya internet dan banyak kemajuan IT lainnya bukanlah sebuah hambatan, melainkan suatu tantangan, yang membuat IT itu sendiri tumbuh berkembang waktu demi waktu.

*agak ngga genah, lagi flu, nyari ide agak nggrambyang

0 Comments:

Post a Comment

<< Home